cerpen

“ I LOVE YOU, BEBI…” Wow, besok adalah hari penentuan masa depanku! Tentu, aku pasti lulus...Aku kan sudah berusaha keras, dan berdo’a siang malam. Hmm, sore ini 3 orang sahabatku akan menginap di rumahku. Kami akan melewati detik-detik yang menegangkan bersama-sama. Ting tong! Bel rumahku berbunyi, aku sedang di kamar mandi. Tak lama kemudian… “Non Bebi, ada Non Dinar sama Non Maya!” teriak mbok Lasmi. “Iya mbok, suruh mereka masuk kamarku aja!” kataku ”OK Beb, ga loe suruh juga kita udah masuk kamar loe!” kata Dinar yang sepertinya ada didepan kamar mandiku, dia cekikikan. ”Din, loe ga bareng Riris?” tanyaku dari dalam kamar mandi. “Ga’ tuh, katanya dia mau ke rumah loe tadi siang. Belom nyampe tuh anak?” jawab Dinar “Loh, belom koq. Gw sms juga ga’ dibales.Kemana si Riris?” tanyaku bingung sambil keluar dari kamar mandi. “Ya udah, coba gw telpon” Maya mengambil HP dari tasnya dan menelpon. “Yah, koq mailbox!” tiba-tiba Maya berteriak kesal. Lalu, ting tong! Bel rumahku berbunyi lagi.. Sambil menanti siapa yang datang aku buru-buru pakai baju. ”Bebbiii....!!” Riris masuk kamarku sambil teriak-teriak histeris. Saking kencang teriakannya, sisir ditanganku sampai jatuh, aku juga lihat Dinar yang lagi ngaca sampai lompat dan menabrak kasur. ”Riris, abis makan TOA loe?” bentak Maya yang kelihatan masih kesal karna HP-nya Riris mailbox. ”Maaf ya Jeng, HP gw lowbat, pas loe telpon langsung mati.Ampuun deh gw..macet tau gak?!...” belum selesai Riris ngomel-ngomel azan Maghrib berkumandang. ”Hah, udah maghrib? Gw dari rumah jam 3 lho..!” keluh Riris sambil menjatuhkan diri di kasur. Maya yang ada disebelahnya menyambar handuk di tepi kasur dan menjejalkannya ke wajah Riris, spontan Riris kelabakan dan berusaha teriak-teriak. Sudah kuduga, malam ini aku ga’ bisa tidur. Pasti bukan aku aja, semua siswa yang lagi menunggu pengumuman kelulusan pasti ga’ akan bisa tidur. Itu normal..kata guruku, kalau yang bisa tidur nyenyak sih itu ga’ normal! Di kamarku, kami trus mengobrol sambil internetan. ”Eh, buka FB gw donk! Ada yang kirim wall ga ya??” Maya bersemangat. ”Ada tuh..Ian!” seru Dinar “Ih, ngapain tuh orang! Gw bukan mengharapkan dia koq..” Maya kesal ”Ga’ boleh gitu May, dia kan temen loe juga!” kataku sok bijak. Sebenarnya aku juga kesal banget sama si Ian! Dasar gayanya kaya Ian Kasela, padahal kan Ian keselek. Rese’ tuh si Ian...selalu ngerjain aku. Mulai dari sms ga’ jelas, ngirimin bunga banyak banget ke rumahku, terus pernah juga nelpon aku, nyuruh aku ke sekolah...katanya penting banget, eh..nyampe di sekolah aku cuma disuruh nonton dia main sepak bola! Arrrggghhh..rese’.... ”Wah, Bebi..jangan-jangan ’ada main’ ni sama Ian?” kata Dinar membuyarkan lamunanku. ”Iih, enak aja! Anak iseng kaya gitu...” kataku kesal Dinar, Maya, dan Riris habis-habisan mentertawai aku, apalagi waktu mereka membuka facebook aku, ada Ian ngirim wall… Ian Kaselo. Hii, Bebi-ku...thx y ud confirm FB gw. Oia, sori hari ini gw ga’ sms u, pls gw abiss…hehe. Bls ya.. “Nah, bebi ketauan! Suka SMS-an sama Ian ya??” tuduh Riris dengan wajah menyebalkan. “Apaan sih loe! Dia aja tuh yang kegatelan…gw ga’ pernah tanggepin koq!” kataku, sebenarnya berbohong. Aku terpaksa sok marah-marah sama sahabatku itu. ”Mau dibales ga Beb?” Riris masih terus meledek sambil mesem-mesem. “Ga’ usah! Hapus aja...” aku turun dari kasur, dan pura-pura mengambil novel dari dalam laci meja belajarku. Aku duduk di kursi, mengalihkan perhatianku dari mereka yang masih terus tertawa-tawa membahas Ian. Mereka ga’ tau, aku memang sering SMS-an sama Ian, kadang-kadang curhat atau cuma saling meledek. Awalnya aku ga’ begitu merespon, tapi ternyata Ian baik dan lumayan asyik diajak becanda, mereka aja yang ga’ pernah memberi kesempatan untuk lebih kenal sama Ian. Riris yang paling bermusuhan sama Ian, dari awal kelas 3 ga’ pernah akur. Itulah sebabnya aku ga’ pernah cerita sama mereka tentang Ian. Sekarang sudah jam 11 malam, tapi aku masih ga’ bisa tidur. Padahal mataku udah perih banget rasanya. Dinar dan Maya masih internetan, akupun berkali-kali membuka situs sekolahku, siapa tau sudah ada pengumuman. Tapi, belum ada juga...Riris malah asyik telpon-telponan sama Arya. Mereka berdua lagi PeDeKaTe...hehe. Tepat jam 12 kami sepakat untuk tidur sebentar, Riris menyetel alarm pada jam 3 pagi. Aku dan Dinar tidur di kasur atas, Maya dan Riris di kasur bawah. Rasanya sudah berjam-jam aku memejamkan mata, dan belum sedikitpun terlelap. Aku melirik jam di HP, 01.25. Ya ampun, waktu koq lama banget jalannya…aku liat sahabat-sahabatku memejamkan mata, ga’ tau tidur atau cuma pura-pura. Akhirnya aku memutuskan untuk membuka laptopku dan mencari informasi tentang kelulusan, tapi masih ga’ ada. Riris tiba-tiba bangun, ”Loe ga tidur Beb?” tanyanya. ”Ga’ bisa Ris...” jawabku, sambil mematikan laptop dan mengambil novel. “Loe juga?” aku balik bertanya “Iya, masih belom ada informasi Beb?” “Belom” Dinar dan Maya sepertinya memang ga’ tidur juga, mereka membuka mata. Dinar langsung ke kamar mandi, Maya malah mainan HP. Aku sudah menghabiskan membaca 1 novel, jam menunjukkan jam 3 pagi. Ga’ ada satupun dari kami yang tertidur, alarmpun berbunyi. “Ngapain nyetel alarm kalo ga’ ada yang tidur…” kata Maya sambil menguap. “Coba loe buka situs sekolah lagi Beb” Riris menyarankan Tanpa berkata apa-apa aku menyalakan laptopku. ”Oh my God!” aku kaget setengah mati “Ada apa Beb?” Tanya sahabatku hampir bersamaan. ”Ga’ mungkin! Masa pengumuman di undur sampe tanggal 15? Hari senin??” kataku dengan sedikit berteriak saking kaget dan kesalnya. ”Apa???coba gw liat!” Riris ikutan heboh dan mereka mengerubungi disebelahku. Gila...bener-bener gila! Masa hal sepenting itu bisa diundur? Aku ga’ bisa berpikir jernih sekarang, rasanya pingin teriak dan nonjok sesuatu! Kami terdiam beberapa lama, aku terus mengotak-atik internet mencari informasi yang lain. Siapa tau itu kesalahan..tapi, semua situs sama!! DIUNDUR...2 hari lagi?? Siapa yang tahan menunggu 2 hari lagi. Menunggu 6 jam aja udah kaya setahun...TIDAAKK!!! dalam hatiku menjerit.... ”Kita harus gimana” sepertinya itu pertanyaan retoris, ga’ ada yang tau jawabannya. Riris sibuk SMS teman-teman sekelas, HPnya Dinar ga’ berenti berbunyi. Aku cuma bisa bersandar di kursi, memikirkan apa yang seharusnya dilakukan. Menelpon bu Ana? Wali kelasku...tapi ini masih jam setengah 4, ga’ sopan. Azan subuh berkumandang, masing-masing dari kami ga’ ada yang berbicara. Aku ga’ tau apa yang sedang dipikirkan sahabat-sahabatku, wajah mereka seperti seorang profesor yang lagi sibuk dengan penelitiannya. Jam 5 pagi, setelah solat subuh berjama’ah kami memutuskan untuk tidur sebentar, itupun kalo bisa…Mungkin aku memang sudah amat sangat lelah, dalam beberapa menit aku masih bisa mendengar suara orang mengaji dari speaker masjid dibelakang rumahku, tapi di menit berikutnya mungkin aku sudah benar-benar pulas karna aku sekarang sedang bermimpi…Aku bertemu Radit, orang yang sudah 3 tahun aku suka, dia mengulurkan tangannya padaku, aku menanggapinya, kami bersalaman saling tersenyum tanpa mengucapkan sepatah katapun. Hanya itu mimpi yang aku ingat, selebihnya aku lupa. Itu karna aku bangun dengan kaget, HPku berbunyi, Devi memanggil… “Assalammu’alaikum…kenapa Dev?”tanyaku dengan sedikit malas. ”Wa’alaikumsalam, Beb..loe dimana?dirumah apa di sekolah?” tanya Devi buru-buru. ”Di rumah” jawabku singkat, sambil melirik jam di atas pintu kamarku. Hah??jam 9!! ”....gw lagi di jalan mau ke sekolah! Ada pengumuman kelulusan...” Devi terus nyerocos ga’ jelas, aku masih kaget jadi ga’ begitu dengar dia ngomong apa. ”Serius? Terus gimana?” tanyaku tanpa sadar ”Ya loe ke sekolah sekarang! Loe bantuin gw kasih tau anak-anak yang lain..” ”Oke...Bye!” kataku Tut..tut..tut...telpon terputus. ”Ada apa Beb?” tanya Riris penasaran, aku liat Dinar dan Maya juga memasang wajah penasaran. ”Devi bilang kita harus ke sekolah sekarang! Ada pengumuman kelulusan!” kataku buru-buru. ”Iya?serius?” kata Dinar sambil bangun dari tempat tidur, ”Gw kasih tau yang lain ya!” Dinar bersemangat. Memang Dinar, tanpa disuruh dia tau apa yang harus dilakukan. Apalagi hobinya memang ber-SMS ria. Kami bergantian mandi, tadinya kami berpikiran konyol untuk mandi berempat! Tapi…ih, aku malu! Hehehe. Jam 11.00 kami berangkat ke sekolah bersama, Mamahku terus mengucapkan do’anya sampai kami masuk mobil. Di sekolah sudah rame banget, ”Bebi..koq baru dateng sih?!” Amel yang melihatku datang langsung menyemprotku dengan omelannya. ”Eh, iya gw baru bangun, gw begadang nih!” kataku berusaha menjelaskan, ”terus gimana pengumumannya...Lulus semua?” tanyaku ga sabar. ”Belom Beb, guru-guru lagi rapat di aula. Kita masih nunggu!” jawab Amel lemas. Aku juga, saking lemasnya aku bersandar di tembok dan menjatuhkan diriku ke lantai. Aku liat Dinar mengobrol dengan teman-teman yang lain, Riris dan Maya duduk disebelahku, merangkul pundakku. Kami diam, rasanya jantungku berhenti berdetak,kepalaku terasa berputar-putar, aku memejamkan mata, menahan rasa ingin muntah. Beberapa menit kemudian terdengar suara dari speaker sekolah... ”Tes...tes...tes...” lalu suara itu berhenti, seluruh siswa kelas 3 yang tadi masuk ke dalam kelas berhamburan ke lapangan. ”Diumumkan kepada seluruh siswa....” suara dari speaker terdengar lagi, ”...SMK NUSA BANGSA tahun ini, LULUS 100%!!” suara dari speaker menggebu-gebu. Aku terdiam, di dalam otakku bertumpuk-tumpuk berbagai macam respon! Seperti printer yang sedang mencetak beratus-ratus halaman. Untuk beberapa saat aku merasa tuli, tak ada lagi yang bisa aku dengar. Tapi aku ga’ buta, aku bisa melihat orang-orang disekelilingku berloncat- loncatan, saling berpelukan, menangis! Aku ga’ mati rasa...aku bisa merasakan ada yang mengguncang-guncang tubuhku,memelukku,menciumi pipiku. Aku juga ga’ lumpuh! Aku bisa bergerak..aku balas memeluk orang yang tadi memelukku, balas menciumi pipi orang yang tadi mencium pipiku! Kemudian aku menangis...mulai ada setitik cahaya memasuki otakku, membantuku mencari tombol off pada printer yang sedang mencetak ratusan halaman. Akhirnya aku bisa mencerna apa yang sebenarnya terjadi, Aku LULUS...!! ”Beb, gw seneng banget..” kata itu terdengar dari mulut Riris yang masih meneteskan air mata. Ratusan temanku berhamburan di lapangan, saling memeluk, mengucapkan selamat. Bergantian mereka menghampiriku, sambil berteriak ”Gw Lulus,Beb!”. Aku melihat deretan guru di lantai 2, memandangi kami dengan rasa bangga. Kepala sekolah juga ada disana, mengacungkan kedua jempol tangannya. Wali kelasku yang sangat cantik dengan jilbab birunya, tersenyum bahagia dan mengelap kedua matanya dengan tisu... Aku dan teman-teman sekelasku menemui Bu Ana di kantor guru, ”Bu, terima kasih” kataku sambil meneteskan air mata. Bergantian kami mencium tangan wali kelas kami itu. Aku dan Riris keluar dari kantor guru, ”Beb, pada liat apa tuh di mading? Jangan-jangan nilai UN...” kata Riris heboh. ”Mungkin” kataku sambil menggandeng tangan Riris menuju mading. Sebelum sampai di mading, tiba-tiba Ian muncul. ”Bebi-ku, kerreen!!! Nilai terbaik gituu..” katanya sambil merangkul pundakku. ”Hah? Terbaik...” tanyaku bingung. ”Iya, 38,88. Hampir sempurna! Loe belom liat nilai loe?” kata Ian mulai serius. ”Belom, emang iya?” tanyaku masih ga’ ngerti. “Ya udah liat aja nih!” Ian menyeretku ke mading. Wow, fantastis! Aku masih ga’ percaya, itu nilaiku! HPku berbunyi, 1 pesan diterima… Dinar : Beb, lo ke depan gerbang sekolah sekarang! Tadi gw liat ada Laras! Aku langsung menyambar tangan Riris, menariknya menuju gerbang sekolah. Aku mencari-cari Laras. “Ada apaan sih Beb?” Tanya Riris yang ga’ tau kenapa aku menyeretnya kesini. Aku menyerahkan HPku pada Riris, bermaksud menyuruhnya membaca pesan dari Dinar yang belum aku tutup. ”Hah, Laras? dimana?” Riris ikutan tengok kanan kiri. Aku sudah melihatnya, di parkiran motor...sama pacarnya, Radit! Mereka berpelukan... Rasanya seperti batu es yang mencair sekaligus saat diceburkan kedalam air panas. Seperti naik kora-kora di Dufan, saat berayun ke posisi paling tinggi lalu diluncurkan ke bawah. Nafasku sesak, kepalaku pusing...aku pingsan. Saat aku sadar, aku sudah di UKS dikelilingi sahabat-sahabatku, beberapa teman sekelasku, dan Ian. ”Bebi-ku kenapa?” tanya Ian yang memasang raut khawatir. ”Ga’ apa-apa koq” jawabku berbohong. ”Bebi-ku sakit ya? Padahal gw dan yang lain mau ngajak loe jalan..ngerayain kelulusan...” belum sempat Ian menyelesaikan kata-katanya, Riris menyela ”Ih, dodol banget sih loe! Bebi lagi pusing malah loe ajak jalan!” Riris sewot banget. “Ya, maaf! Kan cuma ngasih tau” Ian membela diri, bibirnya manyun-manyun. “Udahh…udah…gw ga’ kenapa-kenapa Ris..” kataku sambil mengedipkan sebelah mataku pada Riris, maksudnya supaya Riris menyimpan masalah tadi dulu sementara, ”Mau jalan kemana? Riris juga ikut ya” kataku melanjutkan. ”Boleh, kita ke kafe Amel aja!” kata Ian sambil menyikut Amel yang ada disebelahnya. ”Eh, boleh..boleh..” jawab Amel sedikit kesakitan. Akupun pergi dengan beberapa teman-temanku, tentu Riris,Dinar,dan Maya juga ikut. Aku berusaha melupakan sejenak masalah tadi, mencoba tertawa-tawa bersama mereka. Radit itu ketua OSIS, aku suka padanya sejak kelas 1. Waktu itu hari kedua MOS, aku lupa membawa topi SMP. Radit meminjamkan padaku, jadi dia yang kena hukuman dari kakak senior. Beberapa hari setelah kejadian itu, aku dan dia sempat berteman, hanya lewat SMS dan telpon. Tapi itu ga’ berlangsung lama, nomor HPnya ga’ pernah aktif lagi, aku ga’ berani menanyakan nomor barunya. Akhirnya aku cuma bisa memandanginya dari jauh, itu menjadi kegiatanku sehari-hari. 1 tahun aku suka padanya, muncul berita kalo Radit jadian sama Laras. Dia bukan siswa sekolahku, tapi Dinar mengenalnya. Laras teman 1 SMP Dinar, mereka dulu bersahabat, tapi sekarang tidak. Karna Dinar marah pada Laras yang mulai menjadi anak nakal, suka pergi malam dan pulang pagi, sering bolos sekolah dan berkelahi dengan sesama murid. Apalagi saat Dinar tau kalo Radit berpacaran dengan Laras, Dinar naik pitam. Dinar tau aku suka sama Radit, Dinar juga tau kelakuan Laras. Dinar pernah mencoba memberi tau Radit tentang Laras, tapi Radit cuma tersenyum dan bilang terima kasih. Mereka tetap jadian. Berita Radit dan Laras cepat menyebar disekolahku, dalam beberapa hari aku seperti orang gila. Tapi, aku cepat memulihkan diri. Aku kembali ke kegiatan sehari-hariku. Memandangi Radit dari jauh. Itu menjadi kebiasaanku sampai sekarang aku kelas 3. Aku memang pernah melihat Laras sebelumnya, hanya sekilas. Aku penasaran untuk lihat lebih dekat, aku meminta tolong pada Dinar untuk mempertemukan kami, tapi Dinar selalu menolak. Jadi, saat Laras datang ke sekolahku, Dinar langsung buru-buru memberi tau aku. Sayangnya, aku malah melihat adegan mereka berpelukan. Itu benar-benar menusuk hatiku. Hari ini benar-benar melelahkan, bukan hanya fisik tapi hatiku. Bersantai di kafe Amel dengan teman-teman cukup menentramkan hatiku. Tapi, perasaanku mulai ga’ enak...Radit datang! Dan dia sendirian... ”Hai..” sapanya pada Ian. ”Hei Dit, kemana aja loe?” kata Ian hampir keselek minuman. ”Biasa...” jawab Radit santai, lalu duduk di tengah-tengah Ian dan Dinar, diseberangku. “Eh, Din! Nilai loe bagus” sekarang menyapa Dinar. “Trims” jawab Dinar singkat dan ga’ bersahabat. Radit ga’ menatapku, padahal daritadi aku menatapnya. Ayo liat aku! Kataku dalam hati... ”Ngapain loe kesini..” Dinar ketus ”Lah, ga’ boleh ya?Kenapa sih loe Din, lagi ’dapet’ ya?” Radit mesem-mesem ”Bukan urusan loe! Urus aja tuh pacar loe, Laras!” Dinar menekankan pada kata terakhir. Aku,Riris,Maya dan Ian diam. “Apaan sih Din! Koq jadi bawa-bawa Laras?” Radit mulai meninggikan suaranya. Dinar diam. ”Tadi Laras nyariin loe disekolah....” Radit mulai tenang, ”..dia mau minta maaf sama loe!” suaranya kecil banget hampir tak terdengar. ”Dia ngerasa bersalah sama loe...gw juga” Radit kelihatan mulai gelisah. ”Bersalah? Sama gw...maksud loe apa sih?” Dinar memasang tampang cuek. ”Ya, gw ga’ tau masalah Laras sama loe apa, biar dia sendiri yang ngejelasin sama loe nanti. Gw mau minta maaf, dulu loe pernah ingetin gw tentang kelakuan Laras. Tapi gw ga’ nanggepin peringatan loe..sekarang gw sadar, kata-kata loe bener Din!” Radit mulai serius, Dinar masih biasa aja, Aku mulai bertanya-tanya dalam hati... ”Din, gw udah putus sama Laras!” kata-kata Radit nyaris seperti bisikan. ”Hah? Putus??” Dinar yang daritadi diam kaget bukan main. Radit putus…senangnya! Aku berteriak dalam hati..ingin aku tertawa, tapi aku tahan. Ian ikutan kaget, dia bener-bener keselek sekarang. Riris dan Maya saling bertukar pandang. ”Tadi terakhir kali gw jalan sama dia, itupun karna dia minta anterin buat ketemu loe..” kata Radit yang sekarang berpandangan sama Dinar yang lagi mangap, masih kaget. ”Eh..” Radit menarik sejumput rambut Dinar, berusaha membangunkan dari syoknya. Dinar kaget.. “Loe serius Dit?” kata Dinar sambil mengambil minumannya. “Iyaa..” Radit gantian memasang tampang cuek. Aku terus berkhayal sepanjang jalan pulang, sampai ga’ sadar udah di depan rumah. Mamah dan Mbok Lasmi berdiri di depan pintu, menyambut Aku, Riris, Dinar dan Maya. Memeluk kami bergantian… “Selamet ya Non..” kata Mbok Lasmi saat bersalaman denganku. ”Makasih Mbok?” aku mencium pipi Mbok Lasmi sebelum berlalu masuk kamarku. ”Beb, seneng kan loe?” kata Dinar setibanya kami di kamar, matanya kedip-kedip kaya orang kelilipan tawon. ”Iyaalaah....” kataku mesem-mesem sambil melempar tasku ke kasur, ternyata ada Maya lagi tiduran di kasurku. ”Aduh, Bebi...” Maya kesakitan ”Maap...maap!” aku mengusap-usap kepala Maya ”Terus gimana?” tanya Riris ”Gimana apanya?” aku bingung “Yah…Radit kan udah putus, loe ga’ bertindak?” Riris menarikku duduk disebelahnya. “Hmmm…gimana caranya?” aku masih belum memikirkan rencana untuk masalah ini. ”Gw tau...” kata Dinar tiba-tiba dan mengambil HPnya mulai SMS “Ngapain loe?” tanyaku sedikit penasaran “Udah, nanti juga loe tau” jawab Dinar santai. Sore ini Riris, Dinar dan Maya pulang. Aku kembali tidur sendiri dikamarku yang nyaman ini. Ternyata Dinar merencanakan untuk menemui aku dan Radit pagi ini, aku dijebak! Riris menelpon, menyuruh aku kerumahnya. Tapi setibanya aku di rumah Riris, dia malah mengajak aku pergi. Aku dibawa ke taman deket rumahnya, ada Radit! Ada Dinar dan Maya juga...Mereka meninggalkan aku berdua dengan Radit. ”Beb, apa kabar?” tanya Radit sedikit gugup “Eh, baik koq!” jawabku agak aneh “Beb, gw udah denger dari Dinar. Semuanya…tentang perasaan loe…” aku ingin menyela kata-katanya tapi Radit ga’ memberiku kesempatan, “…gw bisa koq belajar buat cinta sama loe, kalo loe mau. Gw juga udah lama tertarik sama loe, Beb” akhirnya Radit menyelesaikan kata-katanya. Aku bingung harus jawab apa... ”Dit, loe emang cinta sejati gw. Gw udah buktiin kesetiaan gw selama 3 tahun? Loe percaya sama gw...” aku menunggu jawaban Radit, ”Iya, percaya. Gw ngerasa bersalah udah bikin loe nunggu selama itu, tapi gw salut banget sama loe. Makanya gw akan bales semuanya, Beb” mata Radit berkaca-kaca. ”Loe mau ngelakuin apa aja buat gw?” aku mulai berpikir licik. Radit mengangguk, ”Oke, gw mau loe nunggu gw. Gw mau liat kesetiaan loe…seperti gw yang setia nungguin loe 3 tahun.” aku senyum-senyum, Radit kelihatan sedang berpikir... “No problemo!” Radit menjawab dengan tegas, “Gw bakal nungguin loe 3 tahun..” katanya sambil mengangkat kedua bahunya. Aku menatap Radit bahagia, dia tersenyum..senyum yang berbeda dengan senyum yang selama 3 tahun ini aku liat. “Oya, kalo loe gagal?” tanyaku “Loe boleh lupain gw dan pergi sama cowo lain..Ian misalnya” jawab Radit senyum-senyum, “Deal?” Radit mengulurkan tangannya, aku menanggapinya, “Deal!” aku tersenyum padanya. Teringat sesuatu, mimpiku…saat malam aku menantikan pengumuman kelulusan. ”I love you, Bebi..” Radit membisikkan kata-kata itu ditelingaku. Radit...berjuanglah!

0 komentar:

Posting Komentar